KONSEP ALIRAN TRANSFORMASI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberadaan
bahasa merupakan keniscayaan bagi manusia, karena bahasa merupakan salah satu
pembeda antara hewan dan manusia. Hal ini dikarenakan, hanya manusialah yang
memiliki bahasa. Jadi, sudah seharusnya disyukuri apa yang telah dikaruniakan
oleh Sang Pencipta kepada kita, yaitu bahasa.
Dalam
sejarah perkembangannya, linguistik dipenuhi berbagai aliran dan paham yang
dari luar tampaknya sangat ruwet, saling berlawanan dan membingungkan terutama
bagi para pemula (Chaer, 2003:332). Sejarah linguistik yang sangat panjang
telah melahirkan berbagai aliran-aliran linguistik. Masing-masing aliran
tersebut memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang bahasa, tapi pada
prinsipnya aliran tersebut merupakan penyempurnaan dari aliran-aliran
sebelumnya. Oleh karena itu, dengan mengenal dan memahami aliran-aliran
tersebut akan menjadi pedoman bagi setiap orang untuk dapat memilih atau
mengacu kepada aliran linguistik apa yang menurutnya baik. Dalam makalah ini
akan dipaparkan salah satu sejarah perkembangan aliran-aliran linguistik yaitu
aliran transformasi.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian aliran transformasi?
2. Apa saja
ciri-ciri aliran transformasi?
3. Apa
pengertian kalimat transformasi?
4. Apa saja
jenis-jenis kalimat transformasi itu?
5. Siapa
saja tokoh-tokoh aliran transformasi?
C. Tujuan
1. Mendeskripsikan pengertian aliran
transformasi.
2. Mendeskripsikan ciri-ciri aliran
transformasi.
3. Memahami dan memberikan contoh kalimat
transformasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Aliran Transformasi
Aliran transformasional
ini dipelopori oleh Noam Chomsky yang merupakan reaksi dari faham
strukturalisme. Konsep strukturalisme yang paling ditentang adalah konsep bahwa
bahasa sebagai faktor kebiasaan (habit). Tentang tata bahasa
transformasional ini ditulis oleh Chomsky dalam bukunya Syntactic Structure
pada tahun 1957, yang kemudian diperkembangkan lagi dalam bukunya yang kedua
berjudul Aspect of the Theory of Syntax pada tahun 1965[1].
Adapun asumsi yang mendasari pendekatan bahasa secara transformasional ini adalah sebagai berikut:
Adapun asumsi yang mendasari pendekatan bahasa secara transformasional ini adalah sebagai berikut:
1.
Bahasa merupakan satu
produk kebudayaan yang kreatif manusiawi.
2.
Bahasa bukan merupakan
rekaman tingkah laku luar yang berupa bunyi yang dapat didengar, melainkan
bahasa merupakan satu proses mentalistik yang kelak kemudian dilahirkan dalam
bentuk luar bunyi bahasa yang didengar atau kelak dimanifestasikan dalam bentuk
tulis.
3.
Bahasa merupakan satu
proses produktif, sehingga metode analisis bahasa harus bersifat deduktif.
4.
Formalisasi matematis
dapat juga dikenakan pada formalisasi sistem produktif bahasa.
5.
Analisis bahasa tidak
dapat dilepaskan dari hakikat bahasa yang utuh yakni bunyi dan makna.
Menurut Chomsky salah satu tujuan dari penelitian bahasa adalah
untuk menyusun tata bahasa dari bahasa tersebut. Bahasa dapat dianggap sebagai
kumpulan kalimat yang terdiri dari deretan bunyi yang mempunyai makna. Setiap
tata bahasa merupakan teori dari bahasa itu sendiri, dan tata bahasa itu harus
memenuhi dua syarat, yaitu:
a.
Kalimat
yang dihasilkan oleh tata bahasa itu harus dapat diterima oleh pemakai bahasa
tersebut, sebagai kalimat yang wajar dan tidak dAnisaat-buat.
b.
Tata
bahasa tersebut harus berbentuk sedemikian rupa, sehingga istilah yang
digunakan tidak berdasarkan pada gejala bahasa tertentu saja, dan semuanya ini
harus sejajar dengan teori linguistik.
Chomsky membedakan antara kemampuan (competence) dan perbuatan
berbahasa (performance). Dalam tata bahasa transformasional ini
kemampuanlah yang menjadi objeknya, meskipun perbuatan berbahasa juga penting.
Competence
adalah kemungkinan yang terwaris dan tersimpan dalam otak manusia itu
memberikan kemungkinan kepadanya untuk melaksanakan proses berbahasa. Dengan
kata lain competence pengetahuan yang dimiliki oleh pemakai bahasa
mengenai bahasanya. Ia berpendapat bahwa sebenarnya kalimat yang kita dengar
dari seorang pembicara bahasa tertentu itu pada umumnya adalah kalimat- kalimat
yang baru.
Sedangkan performance merupakan pencerminan dari competence,
yang juga dipengaruhi oleh berbagai situasi mental dan lingkungan real
seperti keterbatasan ingatan, keteledoran, kecerobohan dan sebagainya. Oleh
karena itu, agar performance benar-benar merupakan pencerminan competence
atau bunyi dan makna bersesuai dengan kaidah-kaidah competence, maka
faktor-faktor ekstralinguistik tersebut sejauh mungkin dihindari. Dengan kata
lain, dapat kita katakan bahwa performance adalah pemakaian bahasa itu
sendiri dalam keadaan yang sebenarnya.
Menurut aliran ini sebuah tata bahasa hendaknya terdiri dari
sekelompok kaidah yang tertentu jumlahnya, tetapi dapat menghasilkan kalimat
yang tidak terbatas jumlahnya. Seseorang bisa membuat berbagai kalimat yang
tidak terbatas jumlahnya dan bisa ia mengerti, yang mana sebagian besar kalimat
tersebut barangkali belum pernah diucapkan ataupun didengar. kemampuan tersebut
dinamakan aspek bahasa kreatif.
B. Ciri-ciri Aliran Transformasional
1. Berdasarkan Paham Mentalistik
Aliran berpendapat bahwa proses berbahasa bukan sekadar proses
rangsang-tanggap semata-mata, akan tetapi justru menonjol sebagai proses
kejiwaan. Proses berbahasa bukan sekadar proses fisik yang berupa bunyi sebagai
hasil sumber getar yang diterima oleh alat auditoris, akan tetapi berupa proses
kejiwaan di dalam diri peserta bicara. Oleh karena itu, aliran ini sangat erat
kaitannya dengan subdisipliner psikolinguistik.
2. Bahasa Merupakan Innate
Kaum transformasi beranggapan penuh bahwa bahasa merupakan faktor innate
(warisan keturunan). Dalam hal ini, untuk membuktikan teorinya Chomsky
dengan bantuan rekannya membuktikan bahwa struktur otak manusia dengan otak
simpanse persis sama, kecuali satu simpul syaraf bicara yang ada pada struktur
otak manusia tidak terdapat pada struktur otak simpanse. Itulah sebabnya
simpanse tidak dapat berbicara seperti manusia, meskipun ia telah dilatih
berkali-kali, karena hal itu tidak disebabkan oleh kebiasaan, akan tetapi harus
ada faktor keturunan.
3. Bahasa Terdiri atas Lapis Dalam dan Lapis Permukaan
Teori transformasional memisahkan bahasa atas dua lapisan, yakni deep
structure (struktur dalam/ lapis batin) yaitu tempat terjadinya proses
berbahasa yang sesungguhnya/ secara mentalistik; dan surface structure (struktur
luar, struktur lahiriah) yaitu wujud lahiriyah yang ditransformasikan dari
lapis batin. Contoh: Welcome, Ahlan wa Sahlan, dan Selamat datang
merupakan tiga unsur struktur permukaan yang ditransformasikan dari satu
struktur dalam yang sama.
4. Bahasa Terdiri atas Unsur Competence dan Performance
Sebagaimana yang telah saya sebutkan di atas, aliran transformasional
memisahkan bahasa atas unsur competence yaitu pengetahuan yang dimiliki
oleh seorang penutur tentang bahasanya termasuk kaidah-kaidah yang berlaku bagi
bahasanya; dan performance yaitu keterampilan seseorang dalam
menggunakan bahasa tersebut.
5. Analisis Bahasa Bertolak dari Kalimat
Aliran ini beranggapan bahwa kalimat merupakan tataran gramatik yang
tertingi. Dari kalimat analisisnya turun ke frasa dan kemudian dari frasa turun
kata. Aliran ini tidak mengakui adanya klausa.
6. Bahasa Bersifat Kreatif
Ciri ini merupakan reaksi atas anggapan kaum struktural yang fanatik
terhadap standar keumuman. Bagi kaum transformasional yang terpenting adalah
kaidah. Walaupun suatu bentuk kata belum umum asalkan pembentukannya sesuai
dengan kaidah yang berlaku, maka tidak ada halangan untuk mengakuinya sebagai bentuk
gramatikal. Contoh:
a. Sampah telah menggunung
di tepi jalan.
kata menggunung terbentuk dari kata gunung dan prefiks me-ng bermaksud
menyerupai gunung.
b. Peluhnya menganak sungai, dll.
7. Membedakan Kalimat Inti dan Kalimat Transformasi
Aliran ini membedakan antara kalimat inti dan kalimat transformasional.
Kalimat inti adalah kalimat yang belum dikenai oleh kaidah transformasi, mempunyai
ciri-ciri lengkap, simpel, aktif (merupakan ciri pokok), statement, positif,
runtut (merupakan ciri tambahan).
Secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut:
KALIMAT
INTI
|
KAIDAH
TRANSFORMASI
|
KALIMAT
TRANSFORMASI
|
Lengkap
|
Pelepasan/delisi
|
Kalimat
elips/ minor
|
Simpel
|
Penggabungan
|
Kalimat
kompleks
|
Aktif
|
Pemasifan
|
Kalimat
Pasif
|
Statement
|
- Tanya
- Perintah
|
- Kalimat
Tanya
- Kalimat
Perintah
|
Positif
|
Pengingkaran
|
Kalimat
Ingkar
|
Runtut
|
Pembalikan
|
Kalimat
Inversi
|
C. Pengertian Kalimat Transformasi
Berdasarkan
Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “transformasi” diartikan sebagai sebuah
perubahan struktur gramatikal menjadi struktur gramatikal lain dengan cara
menambah, mengurangi, atau menata kembali unsur-unsur di dalamnya. Kalimat
transformasi dapat diartikan sebagai kalimat yang mengalami perubahan pada
pokok kalimat inti. Perubahan ini dapat dengan cara menambah, mengurangi, atau
menata kembali unsur-unsur dalam kalimat tersebut.
D. Jenis-jenis Kalimat Transformasi
Jenis
kalimat transformasi dibedakan berdasarkan cara kalimat transformasi tersebut
dibentuk. Kalimat transformasi dapat dibentuk dengan cara pembalikan urutan
kalimat, penambahan partikel -nya, mengubah kalimat tunggal menjadi kalimat
majemuk, mengubah kalimat majemuk menjadi kalimat tunggal, mengubah kalimat
berita menjadi kalimat tanya atau perintah, menambah atau mengurangi
unsur-unsur kalimat (harus tidak mengubah makna kalimat).
1. Kalimat Transformasi
dengan cara membalik urutan kalimat
Cara pertama untuk mendapatkan kalimat transformasi dapat dengan
membalikkan urutan kalimat. Misalkan pola kalimat awal suatu kalimat
adalah subjek – predikat, maka kalimat transformasi dapat dibentuk dengan
membalikkan pola kalimat tersebut sehingga menjadi berpola predikat – subjek.
Contoh kalimat transformasi jenis pertama ini antara lain:
No.
|
Kalimat
Awal
|
Kalimat
Transformasi
|
a.
|
Dia lulus ujian.
|
Lulus ujian dia.
|
b.
|
Pria itu berkepala
botak
|
Berkepala botak pria
itu
|
c.
|
Keluarga itu sangat
romantis.
|
Sangat romantis
keluarga itu.
|
2. Kalimat Transformasi
dengan cara menambah partikel -nya
` Jenis kalimat transformasi yang
kedua diperoleh dengan cara menambah partikel -nya pada kalimat ubahannya. Cara
kedua ini sebenarnya merupakan lanjutan dari cara pertama. Setelah urutan
kalimat dibalik maka kemudian ditambahkan partikel -nya. Berikut contoh kalimat
transformasi jenis kedua:
No.
|
Kalimat
Awal
|
Kalimat
Transformasi
|
a.
|
Anak Ustadz Aris
menikah kemarin.
|
Ustadz Aris, anaknya,
menikah kemarin.
|
b.
|
Rumah Kumala terbakar
semalam.
|
Kumala, rumahnya,
terbakar semalam.
|
3. Kalimat Transformasi dengan cara mengubah kalimat tunggal menjadi
kalimat majemuk
Kalimat transformasi juga dapat dibentuk dengan mengubah sebuah kalimat
tunggal menjadi bentuk kalimat majemuk. Perhatikan kalimat transformasi
jenis ketiga ini pada contoh berikut:
No.
|
Kalimat Awal
|
Kalimat Transformasi
|
a.
|
Anisa sedang
menggoreng ayam.
|
a. Anisa yang bermuka
pucat itu sedang menggoreng
ayam.
|
b. Anisa sedang
menggoreng ayam yang masih hidup.
|
4. Kalimat Transformasi dengan cara mengubah kalimat berita menjadi kalimat
tanya atau perintah
Kalimat transformasi juga dapat dibentuk dengan cara mengubah kalimat awal
yang berupa kalimat berita menjadi kalimat perintah atau kalimat tanya.
Pembentukan kalimat transformasi dengan cara ini juga dikenal dengan cara
pengubahan intonasi. Dalam penulisannya, kalimat transformasi jenis ini hanya
berbeda pada tanda baca yang dipakai. Berikut contohnya:
No.
|
Kalimat
Awal
|
Kalimat
Transformasi
|
a.
|
Yanto pergi dari
rumah.
|
a. Yanto pergi dari
rumah?
|
b. Yanto pergi dari
rumah!
|
5. Kalimat Transformasi dengan cara menambah atau mengurangi unsur-unsur kalimat
Cara selanjutnya untuk membentuk kalimat transformasi adalah dengan
menambahkan atau mengurangi unsur-unsur dalam kalimat tersebut. Makna yang ada
dalam kalimat transformasi sama dengan kalimat awal, hanya ada penambahan
informasi. Contoh:
No.
|
Kalimat
Awal
|
Kalimat
Transformasi
|
a.
|
Rismi sedang makan.
|
a. Rismi sedang makan
siang.
|
b. Rismi sedang makan
bersama pacarnya.
|
||
c. Kemarin Rismi
makan.
|
6. Kalimat Transformasi
dengan cara pengingkaran
Cara terakhir untuk membentuk kalimat transformasi adalah dengan cara
pengingkaran. Cara pengingkaran dilakukan dengan cara mengubah makna kalimat
menjadi sebaliknya. Berikut contohnya:
No.
|
Kalimat
Awal
|
Kalimat
Transformasi
|
a.
|
Panji bisa sabar
dengan semua perlakuan rendahan itu.
|
Panji tidak
bisa sabar dengan semua perlakuan rendahan itu.
|
b.
|
Kejayaan Presiden
Jokowi itu karena bantuan rakyat.
|
Kejayaan Presiden
Jokowi itu bukan karena bantuan rakyat.
|
E. Contoh Kalimat Transformasi
Pada bagian sub jenis-jenis kalimat transformasi telah disajikan beberapa
contoh kalimat transformasi berdasarkan cara pembentukannya. Pada bagian kali
ini akan diberikan lagi beberapa contoh kalimat transformasi agar para pembaca
lebih memahaminya.
No.
|
Kalimat
Awal
|
Kalimat
Transformasi
|
1.
|
Darul sedang membawa
sayuran.
|
1. Darul tidak sedang
membawa sayuran.
|
2. Tadi pagi Darul
membawa sayuran.
|
||
3. Darul sedang
membawa sayuran segar.
|
||
4. Darul yang bermuka
garang itu sedang membawa sayuran.
|
||
5. Darul sedang
membawa sayuran yang berwarna hijau segar itu.
|
||
6. Darul sedang
membawa sayuran?
|
||
2.
|
Ayah Andi pergi.
|
1. Pergi ayah Andi.
|
2. Andi ayahnya pergi.
|
||
3. Ayah Andi pergi ke
Jogja.
|
||
4. Ayah Andi, yang
bermata sipit itu, pergi.
|
||
5. Ayah Andi pergi
dengan terburu-buru.
|
||
6. Ayah Andi tidak
pergi.
|
||
7. Ayah Andi sedang
pergi.
|
||
8. Besok ayah Andi
pergi.
|
||
9. Ayah Andi pergi?
|
||
10. Ayah Andi pergi!
|
||
3.
|
Istri Pak Amir sudah
meninggal.
|
1. Pak Amir,
istrinya, sudah meninggal.
|
2. Istri Pak Amir
sudah meninggal 2 tahun lalu.
|
||
3. Istri Pak Amir
yang baik hati itu sudah meninggal.
|
||
4. Istri Pak Amir
sudah meninggal?
|
||
5. Sudah meninggal
istri Pak Amir.
|
||
4.
|
Pak Camat meresmikan
gedung.
|
1. Pak Camat
meresmikan gedung?
|
2. Pak Camat
meresmikan gedung berwarna biru itu.
|
||
3. Pak Camat yang
gagah itu meresmikan gedung.
|
||
4. Petang nanti Pak
Camat meresmikan gedung.
|
||
5. Pak Camat tidak
meresmikan gedung.
|
F. Keunggulan dan Kelemahan Aliran Transformasi
1.
Keunggulan Aliran Transformasi
a. Proses berbahasa merupakan proses kejiwaan, bukan fisik.
b. Secara tegas memisah pengetahuan kebahasaan dengan keterampilan berbahasa (linguistic
competence dan linguistic performance).
c. Dapat membentuk konstruksi-konstruksi lain secara kreatif berdasarkan
kaidah yang ada.
d. Dengan pembedaan kalimat inti dan transformasi telah dapat dipilih antara
substansi dan perwujudan.
e. Dapat menghasilkan kalimat yang tak terhingga banyaknya karena gramatiknya
bersifat generatif.
2.
Kelemahan Aliran
Transformasi
a. Tidak mengakui eksistensi klausa sehingga tidak dapat memilah konsep klausa
dan kalimat.
b. Bahasa merupakan innate, walaupun manusia memiliki innate untuk
berbahasa tetapi tanpa dibiasakan atau dilatih mustahil akan bisa.
c. Setiap kebahasaan selalu dikembalikan kepada deep structure.
G. Tokoh Aliran Tranformasional
Ahli bahasa yang
beraliran transformasional ini antara lain : Noam Chomsky, P. Postal, J.A.
Fodor, M. Halle, R. Palmatier, J. Lyons, J.J. Katz, Y.P.B. Allen, P. Van Buren,
R.D. King, R.A. Jacobs, J. Green, W.A. Cook (sebelum pindah ke tagmemik).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Aliran transformasional
ini dipelopori oleh Noam Chomsky yang merupakan reaksi dari faham
strukturalisme. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata
“transformasi” diartikan sebagai sebuah perubahan struktur gramatikal menjadi
struktur gramatikal lain dengan cara menambah, mengurangi, atau menata kembali
unsur-unsur di dalamnya. Kalimat transformasi dapat diartikan sebagai kalimat
yang mengalami perubahan pada pokok kalimat inti. Perubahan ini dapat dengan
cara menambah, mengurangi, atau menata kembali unsur-unsur dalam kalimat
tersebut.
2.
Ciri-Ciri
Aliran Transformasional:
a.
Berdasarkan
paham mentalistik.
b.
Bahasa
merupakan Innate.
c.
Bahasa
terdiri atas lapis dalam dan lapis permukaan.
d.
Bahasa
terdiri atas unsur competence dan performance.
e.
Analisis
bahasa bertolak dari kalimat.
f.
Bahasa
bersifat kreatif.
g.
Membedakan
kalimat inti dan kalimat transformasi.
3.
Jenis-jenis
Kalimat Transformasi:
a.
Kalimat Transformasi dengan cara membalik
urutan kalimat.
b.
Kalimat
Transformasi dengan cara menambah partikel –nya.
c.
Kalimat
Transformasi dengan cara mengubah kalimat tunggal menjadi kalimat majemuk.
d.
Kalimat
Transformasi dengan cara mengubah kalimat berita menjadi kalimat tanya atau
perintah.
e.
Kalimat
Transformasi dengan cara menambah atau mengurangi unsur-unsur kalimat.
f.
Kalimat
Transformasi dengan cara pengingkaran.
B. Saran
Setiap
aliran linguistik tentunya memiliki keunggulan-keunggulan sekaligus
kelemahan-kelemahan. Demikian halnya aliran transformasi, tentu memiliki
kelebihan dan kelemahan. Untuk itu, sebagai mahasiswa bahasa sebaiknya kita
memanfaatkan berbagai teori yang tentunya disesuaikan dengan kebutuhan kita.
Dengan memanfaatkan kelebihan-kelebihan masing- masing teori, mahasiswa
tersebut dapat merancang pembelajarannya sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2012. Linguistik
Umum. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2003.
Psikolinguistik Kajian Teoritik. Jakarta: : PT. Rineka Cipta.
Rokhani,Siti.
“Pengertian Kalimat Transformasi Beserta Contohnya”. 13 Oktober 2018. https://dosenbahasa.com/kalimat-transformasi.
No comments:
Post a Comment