Wednesday, January 16, 2019

SEJARAH PROSTITUSI


Sejarah prostitusi
Beberapa hari ini public diramaikan dengan pemberitaan ditangkapnya seorang artis/aktris berinisial VA dalam sebuah kegiatan prostitusi. Apasih prostitusi itu?
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) prostitusi adalah pertukaran hubungan seksual dengan uang atau hadiah sebagai suatu transaksi perdagangan pelacuran.
Bila kita berbicara mengenai prostitusi, gagasan bahwa " prostitusi adalah profesi tertua dalam kebudayaan manusia "seringkali muncul dalam berbagai pembahasan. Namun apakah anggapan ini memang demikian benar? Apakah prostitusi juga sudah ada dalam peradaban purba kita?
Sebuah artikel yang ditulis oleh Forrest Nickman dalam Slate.com pada 6 Maret 2012, mengatakan, berdasarkan keterangan antropolog University of Chicago, Don Kullick, bahwa prostitusi memang sudah ada sejak awal peradaban manusia, tetapi belum bisa dipastikan apakah hal ini memang menjadi profesi tertua?

Salah satu bukti bahwa prostitusi sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu adalah naskah-naskah yang menyebutkan bahwa tentara Israel memiliki banyak istri dan selir, Raja Solomon dikenal memiliki 700 istri dan 3.000 selir (wanita yang diikat oleh raja namun tidak berstatus istri), dan pada masa Romawi Kuno, orang sudah bisa membeli seks dengan koin.

Walaupun memang seakan tergambar bahwa prostitusi sudah ada sejak lama, tetapi prostitusi dengan konsep menjajakkan diri di sepanjang jalan atau dulu dikenal dengan Gang Dolly sejak masa Ratu Victoria di Inggris. Bahkan saat itu prostitusi disebut sebagai penyebab mewabahnya penyakit menular seksual.
“Frasa "prostitusi profesi tertua" sendiri sebenarnya muncul pada akhir tahun 1800-an. Namun sayangnya frasa yang kerap diucapkan saat ini muncul dari kesalahan mengutip, bukan didasarkan atas riset ilmiah atau bukti sejarah.
Pada tahun 1888, Rudyard Kipling menulis sebuah artikel mengenai prostitusi. Artikel tersebut dimulai dengan kalimat, "Lalun adalah anggota dari profesi paling tua di dunia."

Sedangkan Prostitusi di Indonesia dianggap sebagai kejahatan "terhadap kesusilaan/moral" dan melawan hukum. Dalam praktiknya, prostitusi tersebar luas, ditoleransi, dan diatur. Pelacuran adalah praktik prostitusi yang paling tampak, seringkali diwujudkan dalam kompleks pelacuran Indonesia yang juga dikenal dengan nama "lokalisasi", serta dapat ditemukan di seluruh negeri. Bordil ini dikelola di bawah peraturan pemerintah daerah UNICEF memperkirakan bahwa 30 persen pelacur perempuan di Indonesia adalah wanita yang berusia dibawah 18 tahun.  Wisata seks anak juga menjadi masalah, khususnya di pulau-pulau resor seperti di Bali dan Batam.

Penyebab terjadinya prostitusi itu dilakukan salah satu alasan utama untuk seorang pelacur untuk memasuki bisnis adalah daya tarik untuk mendapatkan uang secara cepat. Dan penyebab utama lainnya adalah adanya pola pemaksaan dan penipuan, dimana para perempuan muda dari pedesaan dan kota-kota kecil ditawarkan peluang kerja di kota-kota besar. Namun sesampainya dikota para perempuan ini diperkosa dan dipaksa untuk melacurkan diri sementara menghasilkan uang bagi mucikari (orang yang berperan sebagai pengasuh, perantara atau pemilik pekerja seks komersial) mereka. Sering pula para orang tua menawarkan anak-anak perempuan mereka kepada mucikari agar memperoleh uang. Berdasarkan laporan Organisasi Buruh Internasional (ILO) bahwa sekitar 70 persen dari pelacur anak Indonesia dibawa oleh keluarga dekat atau teman-teman ke dalam dunia prostitusi.
The Jakarta Post melaporkan bahwa pelacur kelas atas di Jakarta bisa mendapatkan Rp 15 juta - Rp 30 juta per bulan. Rata-rata para pelacur ini mampu menghasilkan uang lebih dari Rp 3 juta untuk setiap sesi layanan mereka. Namun bagian terbesar dari jumlah mereka yang memasuki dunia prostitusi dengan alasan uang datang dari masyarakat kelas menengah dan keluarga miskin.

sejarah yang mengungkap tentang prostitusi Indonesia pada masa sebelum penjajahan bangsa Eropa. Diperkirakan sejak lama telah berlangsung pembelian budak seks dan hubungan seksual yang dilandasi hubungan yang semu lazim terjadi. Pada masa tersebarnya agama Islam setelah penyebaran Islam di Indonesia, prostitusi diperkirakan telah meningkat karena ketidak setujuan Islam pernikahan kontrak. Dalam sejarahnya raja-raja di Jawa yang memiliki sejumlah tempat diistananya untuk ditempati sejumlah besar selir, sementara itu raja-raja di Bali bisa melacurkan para janda yang tidak lagi diterima oleh keluarganya.
Selama periode awal kolonial Belanda, pria Eropa yang hendak memperoleh kepuasan seksual mulai mempekerjakan pelacur atau selir yang berasal dari wanita lokal. Para perempuan lokal dengan senang hati melakoni aksi prostitusi ini demi termotivasi oleh masalah finansial, bahkan tak jarang ada keluarga, yang mengajukan anak perempuan mereka untuk dilacurkan. Aturan tentang larangan pernikahan antar ras oleh penguasa kolonial membuat praktik prostitusi adalah hal yang paling bisa diterima oleh para pemimpin Belanda.
Pada awal tahun 1800-an praktik prostitusi mulai meluas, ketika itu jumlah selir dipelihara oleh tentara Kerajaan Hindia Belanda dan pejabat pemerintah menurun. Sementara perpindahan laki-laki pribumi meninggalkan istri dan keluarga mereka untuk mencari pekerjaan di daerah lain juga memberikan kontribusi besar bagi maraknya praktik prostitusi pada masa itu. Pada tahun 1852 pemerintah kolonial mulai membutuhkan pemeriksaan kesehatan secara teratur pelacur untuk memeriksa sifilis (infeksi menular seksual yang dibebaskan oleh bakteri spiroset treponema pallidums sub-spesies pallidum) dan penyakit kelamin lainnya. Para pelacur juga diharuskan membawa kartu identitas pekerjaan mereka, meskipun kebijakan ini tidak berhasil menekan angka pertumbuhan prostitusi yang meningkat secara dramatis selama periode pembangunan yang berlangsung secara luas hingga akhir 1800.

Sumber:
http://jogja.tribunnews.com/2019/01/07/benarkah-prostitusi-adalah-profesi-tertua-dalam-kebudayaan-manusia


No comments:

Post a Comment

Kebahagiaan kami adalah hari libur

Kebahagiaan kami adalah hari liburan Persaudaraan tidak hanya selalu bersama dan melakukan hal-hal yang disenangi masing-masing. Namun per...